2020 nyatanya bukanlah tahun yang diinginkan banyak orang-orang, namun rasanya tetap saja kita harus menelan bulat-bulat atas segala apa yang Tuhan berikat tahun 2020 ini. Hal itu tidak hanya dirasakan oleh warga sipil biasa, tapi juga bagi mereka para seniman jalanan yang tidak pernah terhenti jalannya. Buat mereka rasanya pandemi tidak terlalu berpengaruh bagi setiap karya yang mereka tumpahkan diatas tembok yang mereka jadikan medium gambar. Bagi mereka, mengotori seisi tembok kota itu adalah kegiatan yang paling halal ditengah carut marutnya suasana negeri yang terus digerusi tindak korupsi.
Menumpahkan segala keresahan melalui warna warni adalah bentuk ekspresi menenangkan hati. Gerakan bawah tanah ini adalah bentuk ekspresi masyrakat muda yang masih ingin bebas bergerak tanpa dinding pembatas apapun, kalaupun ada banyak dinding pembatas, sebenarnya justru malah membuat mereka senang, karena dinding-dinding itulah yang menjadi medium bagi mereka untuk berekspresi. Kegiatan "Vandalisme" yang menurut mereka halal ini dinilai lebih arif dari pada muncul ditengah kepungan media lokal mainstream hanya untuk sekedar mencari atensi yang sebenarnya tidak pernah menyuarakan kebenaran dari hati, "kalau hanya untuk sekedar konten dan pamer sih kita juga bisa, tapi cara kami berbeda" ujar Opik salah satu crew bombing komunitas gambar yang cukup berbahaya di Bogor, ISC Klub.
ISC Klub cukup militan dan massive bergerak memenuhi seisi Kota Bogor dengan namanya, memunculkan eksistensinya dalam dunia gambar bawah tanah yang mulai jarang dilirik oleh circle seniman komplek kota-kota besar. Tidak hanya Opik yang tim Asterisme temui di Bogor, tapi juga ada Verel, Deni, Kidut, Batak, Isal, dan Iwan. Tim Asterisme beruntung sempat mendokumentasikan salah satu kegiatan mereka di Minggu dini hari yang usai diguyur hujan cukup deras. Kegiatan tersebut juga disupport oleh salah satu produsen cat semprot lokal kenamaan.
ISC Klub mendapat tugas untuk menuliskan nama King di 10 titik yang sudah ditentukan, salah satunya malam itu, tembok yang dijadikan korban pemerkosaan oleh beberapa remaja tanggung adalah tembok di Jalan Tol Ciawi-Bogor. Tanpa aba-aba dan belas kasihan, mereka langsung memborbardir tembok tersebut hingga usai, syukurnya tidak ada aparat atau keamanan yang melintasi jalan terowongan tersebut.