Dirty Honey saat sedang merampungkan album terbarunya di studio rekaman. Foto: twitter.com/DirtyHoneyBand
Eksistensi Dirty Honey di kancah musik rock kian mendapatkan apresiasi. Terbentuk sejak tahun 2017, band yang bermarkas di Los Angeles, Amerika Serikat ini menyuguhkan warna musik yang dipengaruhi oleh sentuhan musik rock dan blues era 70-an, seperti AC/DC, dan Led Zeppelin. Suara vokal tinggi, irama musik yang bluesy, serta riff dan solo gitar yang impresif merupakan identitas musik rock klasik yang juga diimplementasikan pada elemen musik Dirty Honey.
Disaat mayoritas band pendatang baru cenderung memilih musik kontemporer, Dirty Honey mencoba idealis dengan setia berada di jalur rock klasik yang kian hari animo popularitasnya kian pudar. Namun, hal itu tidak mengurangi semangat Dirty Honey. Mereka seakan tidak ingin move on dari bayang-bayang musik “rock autentik†dan berambisi untuk mewarisi kejayaan musik rock yang sempat merajai kancah musik beberapa dekade lalu. Dirty Honey bukan lah satu-satunya band pendatang baru yang mengusung rock klasik sebagai aliran musiknya, band rock asal Amerika Serikat, Greta Van Fleet, sudah lebih dulu populer di kancah musik rock klasik sejak beberapa tahun belakangan.
Nampaknya, anggapan bahwa musik rock sudah mati tidak berlaku bagi para personil Dirty Honey. Band yang digawangi oleh Marc LaBelle, John Notto, Justin Smolian, dan Corey Coverstone ini meyakini bahwa saat ini musik rock masih hidup dan tidak akan pernah mati. Keyakinan tersebut terbukti benar adanya saat mereka merilis debut self titled mini albumnya pada Maret 2019 dan mendapatkan antusiasme yang luar biasa. Dilansir dari Billboard, single hits mereka yang berjudul “When I’m Gone†menjadikan Dirty Honey satu-satunya band indie yang memuncaki tangga lagu Billboard dengan kategori rock mainstream (Billboard’s Mainstream Rock Chart), yang artinya hanya mereka lah yang pernah menduduki pencapaian tersebut tanpa dukungan label. Tidak hanya itu, single kedua mereka yang bertajuk “Rollin 7s†turut bertengger di jajaran 5 besar pada kategori yang sama. Pencapaian tersebut diraih di tahun yang sama dengan perilisan mini album debut mereka.
“Pada akhirnya, ini adalah kemenangan yang bagus untuk Rock n' Roll.†Ujar Marc LaBelle, vokalis Dirty Honey kepada Billboard.
Berkat kesuksesan tersebut, kiprah Dirty Honey di kancah musik rock pun mulai meroket. Bukan suatu hal yang mudah bagi mereka untuk membuat karyanya diakui, musik rock klasik dianggap sudah ketinggalan jaman untuk berjaya di era musik modern yang saat ini didominasi oleh pop, R&B, dan musik mainstream lainnya. Di sisi lain, Dirty Honey membuktikan bahwa mereka setidaknya mampu menghidupkan kembali antusiasme musik rock melalui karyanya.
Meskipun dilanda pandemi Covid-19, hal itu tidak menghentikan langkah mereka untuk tetap menghibur para penggemarnya. Dirty Honey yang didukung oleh stasiun radio asal Los Angeles, KLOS FM, mengadakan konser virtual bertajuk “Dirty Honey – Lockdown Live†yang diselenggarakan pada 24 Juli 2020 demi mengobati rasa rindu para penggemarnya.
Di tahun berikutnya, Dirty Honey mengumumkan perilisan self titled full album pertamanya pada Maret 2021. Total lagu yang terdapat pada album tersebut berjumlah 8 lagu, dengan “California Dreamin†sebagai single andalannya. John Notto selaku gitaris Dirty Honey melalui wawancaranya dengan Los Angeles Daily News mengungkapkan bahwa ia menulis lagu untuk album terbarunya di tengah situasi lockdown.
"Kami memiliki waktu enam bulan tidak bisa melakukan apa-apa. Saya berada di studio dan saya menulis riff untuk lagu. Jadi, lagu-lagu itu terlahir ketika saya hanya bisa berada di studio sepanjang hari. Saya rasa, semuanya terjadi karena suatu alasan." Ungkap John Notto.
Kualitas vokal tinggi Marc LaBelle, solo gitar John Notto yang apik, harmonisasi bass Justin Smolian yang cukup dominan, serta tabuhan drum Corey Coverstone yang memukau masih menjadi senjata andalan mereka di album teranyarnya yang dijamin mampu meracuni para pendengarnya.